Ilustrasi By : Aldy Ian
Pahitnya
kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang.
Jumlah
dan rasa pahit itu adalah sama. Tetapi, kepahitan yang kita rasakan,
akan
sangat tergantung dari wadah atau perasaan yang kita miliki, tempat kita
meletakkan segalanya. Saat kita merasakan kepahitan dan kegagalan hidup,
hanya
ada satu hal yang bias kita lakukan. Lapangkanlah dada kita menerima
semuanya.
Luaskanlah hati kita untuk menampung setiap kepahitan itu..
jangan jadikan hati kita itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
jangan jadikan hati kita itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
‘hati
kita, kadang terlalu penuh dengan target-target, yang membuat kita hidup
dalam
kebimbangan dan ketergesaan. Langkah-langkah kita, kadang selalu dalam
keadaan
panic, dan lupa, bahwa di sekitar kita banyak sekali hikmah yang perlu
ditekuni..
Mari
mencoba menyusuri kembali jalan-jalan kita. Cermati, amati, dan
perhatikan
setiap hal yang pernah kita lewati. Ada banyak hal-hal kecil yang
sebetulnya
menyenangkan, namun kita lewatkan
Hidup
memang layaknya sebuah sebuah batu penanda bagi sebuah perjalanan
panjang..itu
akan menjadi tumpuan saat kita kehilangan arah, dan juga petunjuk saat
kita
membutuhkan pegangan. Itu juga adalah jeda atau yang berarti waktu, yang
memberikan kita kesempatan untuk merenung..
Adakah
jeda, sela, dan koma yang luput kita lakukan dalam hidup in? apakah
hidup kita
selalu dipenuhi dengan terus berjalan dan berjalan tak pernah henti?
Cobalah,
sejenak, berhentilah. Biarkan semuanya beristirahat. Ambillah masa untuk
melalkukan jeda. Tariklah nafas, tenangkan pikiran. Biarkan semuanya
lebih
nyaman…
Apapun makna
perjalanan bagi Anda,
tetaplah percaya bahwa tak ada sia-sia darinya. Capek badan, lelah
pikiran,
tetaplah berjalan. Tertaplah berjuang, karena hidup berharga ketika kita
menjalaninya dengan sepenuh hati.
Perjalanan adalah
pelarian. Sebuah rendezvous
di kala hidup terasa menyesakkan. Sebuah retreat dimana kita bisa
kembali men-charge
battere kehidupan. Sebuah oase, yang meski fana, namun
menyegarkan jiwa.
Perjalanan, adalah sebuah latihan untuk menjadi jujur. Tak ada yang mengenal kita, tak ada yang kita takuti. Tak ada yang musti membuat kita malu. Hanya kejujuran terhadap diri sendiri.
Perjalanan adalah sebuah ujian. Ujian akan kedirian kita. Akan makna hidup itu sendiri. karena perjalanan sering memberi kejutan tak terduga. Bertemu orang-orang tak terduga. Berhadapan dengan situasi tak terduga. Hingga akhirnya melakukan hal-hal tak terduga pula. Semuanya menguji diri kita sebenarnya seperti apa.
Ya Allah.. Semoga perjalanan cita-cita, harapan dan impian ini selalau engkau Ridhoi dalam setiap langkah hidup yang hambta tempuh ini…..Amin.....