''

Image by FlamingText.com
Image by Aldy.com

24.5.11

Hidup Yang Bermakna




Hidup adalah indah. Ia akan menjadi indah kalau kita bisa menciptakan keindahan dalam hidup kita.
Hidup adalah kejam. bila kita membuatnya dalam ketidaknyamanan. Tidak menerima diri sendiri apa adanya. Dan selalu berusaha lebih dari yang lain.
Hidup itu sederhana. Sesederhana kita lahir di dunia. Tanpa satu barang pun melekat dalam tubuh kita.
Maka mulai sekarang cobalah menghargai hidup. Tapi memang kita justru sering terperangkap dalam pencarian makna hidup.
Sangat sulit tapi memang harus dijalani.
Mau tak mau kita harus memandang hidup ini sesederhana mungkin. Hadapi, Jalani, dan jangan terlalu berpikir terlalu berat. Pandanglah semua hidup secara sederhana, tapi jangan sampai kita tidak mau berbuat apa apa.
Itulah hidup..Setiap orang punya cara pandang sendiri dalam memaknai hidup.
Begitu juga saya, kita dan anda semua..

~~~~~~~~~~~Ian~~~~~~~~~

Hidup Yang Bermakna




Hidup adalah indah. Ia akan menjadi indah kalau kita bisa menciptakan keindahan dalam hidup kita.
Hidup adalah kejam. bila kita membuatnya dalam ketidaknyamanan. Tidak menerima diri sendiri apa adanya. Dan selalu berusaha lebih dari yang lain.
Hidup itu sederhana. Sesederhana kita lahir di dunia. Tanpa satu barang pun melekat dalam tubuh kita.
Maka mulai sekarang cobalah menghargai hidup. Tapi memang kita justru sering terperangkap dalam pencarian makna hidup.
Sangat sulit tapi memang harus dijalani.
Mau tak mau kita harus memandang hidup ini sesederhana mungkin. Hadapi, Jalani, dan jangan terlalu berpikir terlalu berat. Pandanglah semua hidup secara sederhana, tapi jangan sampai kita tidak mau berbuat apa apa.
Itulah hidup..Setiap orang punya cara pandang sendiri dalam memaknai hidup.
Begitu juga saya, kita dan anda semua..

~~~~~~~~~~~Ian~~~~~~~~~

Saat Untuk Melepaskan


Resensi
By motivation


Ada hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kita lepaskan. Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan. Tapi, ada saat dimana kita harus melepaskan. karena mungkin orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.. kadang kita mesti melihat segala sesuatu dari sisi yang berbeda. melepaskan segala sesuatu yang tak kita inginkan bukan berarti adalah akhir dari dunia dan segalanya tapi adalah awal dari kehidupan yang baru...

Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika kebahagiaan kita sangat bergantung pada orang itu.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika kita merasa dia itu  teristimewa dibandingkan dengan yang lain.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika kita takut tidak dapat menemukan yang seperti dia.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika begitu banyak saat saat indah senantiasa terbayang dibenak kita.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika hati kita berkata “Saya sangat mencintainya”. Ingatlah.... Melepaskan bukanlah akhir dari dunia melainkan awal dari suatu kehidupan baru…
Kita harus melepaskan seseorang karena kebahagiaan kita tidak tergantung padanya.
Kita harus melepaskan seseorang karena kita menyadari yang istimewa belum tentu yang terbaik buat kita.
Kita harus melepaskan seseorang karena kita tahu jika Tuhan mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.
Kita harus melepaskan seseorang ketika saat saat indah hanyalah tinggal masa lalu.
Kita harus melepaskan seseorang karena kepala kita berkata “tidak ada lagi yang dapat dipertahankan”.
Kegagalan tidak berarti Anda tidak mencapai apa apa… namun Anda telah memahami sesuatu… Segala sesuatu ada waktunya, ada saat mempertahankan, ada saat melepaskan…


17.5.11

Masa Lalu


by Ian

Teman, Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu..Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan. Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.Allah selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah. Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan  segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada..
Jangan bersedih hati........
Ian

Masa Lalu



Teman, Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu..Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan. Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.Allah selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah. Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan  segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada..
Jangan bersedih hati........

Masa Lalu

Sahabatku..Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu..Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan. Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.Allah selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah. Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan  segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada..
Jangan bersedih hati........

Abadikah Semua Itu?



Disaat Matahari menampakkan dirinya di pagi hari, dan terus menerpakan sinarnya ke setiap sudut alam hingga puncaknya pada tengah hari. Menjelang senja, ia pun mulai bersiap-siap meninggalkan singgasananya untuk bertukar peran dengan rembulan yang akan bercahaya menerangi malam hingga fajar. Bulan tak sendiri, ia ditemani oleh bintang-bintang yang berkelipan, belum lagi lintasan-lintasan benda langit lainnya yang menjadikan alam atas teramat mengagumkan. Begitu seterusnya, tak pernah matahari menguasai sepanjang hari, bulan dan bintangpun demikian. Karena sesungguhnya, tak satupun dari mereka berhak memiliki hari sepenuhnya.
Terkadang, langit cerah disertai mentari pagi yang menghangatkan menjadi mimpi terindah setiap makhluk di muka bumi. Tapi, tidak akan pernah mentari seterusnya berseri dan langit cerah, karena bukan tidak mungkin atap dunia itu berubah mendung dan menghitam, mencekam dan menebar ketakutan. Angin sejuk sepoi-sepoi yang terasa menyegarkan saat belaiannya menyentuh kulit, sesaat kemudian bisa berputar dan berputar membentuk tornado yang dalam sedetik meluluhlantakkan semua yang terhampar di bumi. Air laut yang tenang, pantai yang indah dengan ombak yang melambai indah, hamparan pasir yang halus, disaat yang lain bisa menjadi gelombang air dahsyat yang menenggelamkan sejuta harapan, meninggalkan bekas yang memilukan.
Bunga-bunga yang hari ini terlihat indah merekah, satu dua hari kemudian akan layu dan memudar warnanya, bisa karena hempasan angin, sengatan matahari dan sebagainya. Dedaunan akan tetap berwarna hijau bila ia tetap menyatu dengan tangkainya, tatkala ia luruh dan jatuh ke tanah, mengeringlah ia. Embun pagi yang bening di ujung daun, dalam beberapa detik takkan lagi terlihat. Setelah jatuh, habislah ia. Tinggal menunggu esok pagi kan datang tuk bisa menikmati kembali beningnya. Unggas pagi, berteriak lantang pertanda dimulainya hari, tidak jarang, mereka membangunkan insan yang setengah malas dan kantuk masih di sudut mata. Ketika siang, saat manusia-manusia bergegas dalam segala bentuk aktifitas mereka, makhluk lain pun menjalankan perannya masing-masing.
Menjelang senja, sinar merah kekuningan seperti meminta perhatian makhluk bumi untuk bersiap menyambut malam. Tak hanya manusia, hewan-hewan bahkan binatang melata pun beriringan menuju rumah mereka, menikmati malam, memandangi rembulan dan bintang-bintang, dan mendengarkan hewan-hewan malam bersahutan mewarnai malam yang panjang, hingga menanti datangnya fajar. Manusia-manusia aktif yang terkadang tak kenal lelah, terlelap dalam buaian selimut, mimpi, harapan serta do’a. Hingga esok, ada yang terbangun, dan ada yang tetap terlelap, menutup mata untuk selamanya. Tugasnya sebagai manusia telah selesai. Tak ada manusia yang memiliki sepenuhnya hari, tak ada makhluk yang memiliki sepenuhnya kehidupan. Dan tak ada jiwa yang memiliki sepenuhnya apapun yang sesungguhnya bukan berasal darinya. Semua perubahan, kejadian, dan perputaran peran itu meyakinkan kita, bahwa tak ada yang abadi.
Bayi mungil, lucu dan menyenangkan saat lahir, beranjak dewasa, kemudian tua dan akhirnya mati. Kemudian, generasi berikutnya hadir, hingga diakhiri lagi dengan kematian. Itulah hidup. Seperti matahari yang tak pernah selamanya bersinar, seperti daun yang mengering saat tanggal dari tangkainya, seperti embun yang meski sedemikian indah, hanya sekian detik saja umurnya. Seperti hujan yang mungkin setiap hari turun tak pernah berhenti, tak pernah setiap yang diciptakan Tuhan di alam ini, berkuasa untuk tetap memiliki kejadiannya seutuhnya. Karena mereka hanya makhluk, yang semuanya terus berubah dan berujung pada akhir. Tak seperti Pencipta semua makhluk itu sendiri, karena Ia tak berawal, maka tak ada akhirnya pada-Nya. Sedangkan kita, atau makhluk lainnya, memiliki awal, dan sudah pasti tertulis sudah akhirnya. Kita hanya tinggal menunggu waktu.
Sebagai makhluk, tak sekedar untuk hidup Allah menciptakannya. Setiap ciptaan Allah, memiliki peran yang menjadi amanahnya. Kita semua, berdiri, berdiam diri, tertidur, berjalan, berhenti sejenak, kemudian berjalan lagi, sesekali istirahat hanya untuk menorehkan catatan diri. Tinta merah atau biru yang hendak kita pakai untuk mengisi lembaran putih catatan itu, hak sepenuhnya ada di tangan kita. Jikalah matahari selalu mempunyai catatan biru dalam buku raport-nya, begitu juga dengan rembulan, langit dan semua benda yang menghiasinya, hewan-hewan yang senantiasa ikhlas menjadi bagian hidup manusia, tetumbuhan, bumi tempat berpijak, lalu kenapa kita tak pernah iri untuk senantiasa memperbaiki catatan merah kita di hadapan Allah?
Makhluk-makhluk Allah yang lain, manusia-manusia yang berlomba menorehkan tinta biru dalam catatan akhirnya, sungguh teramat sadar bahwa waktu yang Allah berikan teramat singkat, hingga tak pernah terpikir olehnya untuk berbuat satu hal pun yang bisa menyebabkan lembaran putihnya ternoda oleh titik merah. Bersujud dan berdo’a, mencari keridhoan Allah di setiap detik, setiap langkah, dan jalan yang dilaluinya, agar tak ada sedikitpun kebencian di mata Allah keatasnya. Belajar dari manusia-manusia terdahulu yang telah mengukir nama mereka di hati Allah, semestinya saat ini, kita terus berjuang keras untuk bisa mendapatkan satu tempat di hati-Nya untuk menggoreskan nama kita.
Harta yang banyak, bukan jalan untuk bisa mendapatkan tempat di hati Allah. Kendaraan yang bagus, jabatan tinggi, status sosial terhormat, perhiasan dan berjuta keindahan dunia, juga tidak. Bukan semua itu yang akan menjadikan kita makhluk berarti di mata Dia. Karena sesuatu yang tak abadi, tak mungkin bisa menjadi bekal menuju keabadian untuk bertemu Yang Maha Abadi. Jiwa yang bersih, jiwa yang tenang, adalah jiwa yang pertama hadir dalam bentuk jasad manusia saat pertama ditiupkan. Hanya dengan kembali dengan kebersihan dan ketenangan semula, ia bisa diterima disisi Yang Maha Abadi. Maka, belajar dari semua ketidakabadian selain Allah, jangan pernah menghabiskan waktu (yang teramat sebentar ini) yang diberikan Allah ini, tanpa torehan tintas kebaikan. Mungkin besok, tak ada lagi waktu buat kita menggenggam tinta biru., berjam-jam, karena tak yakin besok masih ada waktu untuk kembali ke tempat ini..


Resensi Motivation

Abadikah Semua Itu?



Disaat Matahari menampakkan dirinya di pagi hari, dan terus menerpakan sinarnya ke setiap sudut alam hingga puncaknya pada tengah hari. Menjelang senja, ia pun mulai bersiap-siap meninggalkan singgasananya untuk bertukar peran dengan rembulan yang akan bercahaya menerangi malam hingga fajar. Bulan tak sendiri, ia ditemani oleh bintang-bintang yang berkelipan, belum lagi lintasan-lintasan benda langit lainnya yang menjadikan alam atas teramat mengagumkan. Begitu seterusnya, tak pernah matahari menguasai sepanjang hari, bulan dan bintangpun demikian. Karena sesungguhnya, tak satupun dari mereka berhak memiliki hari sepenuhnya.
Terkadang, langit cerah disertai mentari pagi yang menghangatkan menjadi mimpi terindah setiap makhluk di muka bumi. Tapi, tidak akan pernah mentari seterusnya berseri dan langit cerah, karena bukan tidak mungkin atap dunia itu berubah mendung dan menghitam, mencekam dan menebar ketakutan. Angin sejuk sepoi-sepoi yang terasa menyegarkan saat belaiannya menyentuh kulit, sesaat kemudian bisa berputar dan berputar membentuk tornado yang dalam sedetik meluluhlantakkan semua yang terhampar di bumi. Air laut yang tenang, pantai yang indah dengan ombak yang melambai indah, hamparan pasir yang halus, disaat yang lain bisa menjadi gelombang air dahsyat yang menenggelamkan sejuta harapan, meninggalkan bekas yang memilukan.
Bunga-bunga yang hari ini terlihat indah merekah, satu dua hari kemudian akan layu dan memudar warnanya, bisa karena hempasan angin, sengatan matahari dan sebagainya. Dedaunan akan tetap berwarna hijau bila ia tetap menyatu dengan tangkainya, tatkala ia luruh dan jatuh ke tanah, mengeringlah ia. Embun pagi yang bening di ujung daun, dalam beberapa detik takkan lagi terlihat. Setelah jatuh, habislah ia. Tinggal menunggu esok pagi kan datang tuk bisa menikmati kembali beningnya. Unggas pagi, berteriak lantang pertanda dimulainya hari, tidak jarang, mereka membangunkan insan yang setengah malas dan kantuk masih di sudut mata. Ketika siang, saat manusia-manusia bergegas dalam segala bentuk aktifitas mereka, makhluk lain pun menjalankan perannya masing-masing.
Menjelang senja, sinar merah kekuningan seperti meminta perhatian makhluk bumi untuk bersiap menyambut malam. Tak hanya manusia, hewan-hewan bahkan binatang melata pun beriringan menuju rumah mereka, menikmati malam, memandangi rembulan dan bintang-bintang, dan mendengarkan hewan-hewan malam bersahutan mewarnai malam yang panjang, hingga menanti datangnya fajar. Manusia-manusia aktif yang terkadang tak kenal lelah, terlelap dalam buaian selimut, mimpi, harapan serta do’a. Hingga esok, ada yang terbangun, dan ada yang tetap terlelap, menutup mata untuk selamanya. Tugasnya sebagai manusia telah selesai. Tak ada manusia yang memiliki sepenuhnya hari, tak ada makhluk yang memiliki sepenuhnya kehidupan. Dan tak ada jiwa yang memiliki sepenuhnya apapun yang sesungguhnya bukan berasal darinya. Semua perubahan, kejadian, dan perputaran peran itu meyakinkan kita, bahwa tak ada yang abadi.
Bayi mungil, lucu dan menyenangkan saat lahir, beranjak dewasa, kemudian tua dan akhirnya mati. Kemudian, generasi berikutnya hadir, hingga diakhiri lagi dengan kematian. Itulah hidup. Seperti matahari yang tak pernah selamanya bersinar, seperti daun yang mengering saat tanggal dari tangkainya, seperti embun yang meski sedemikian indah, hanya sekian detik saja umurnya. Seperti hujan yang mungkin setiap hari turun tak pernah berhenti, tak pernah setiap yang diciptakan Tuhan di alam ini, berkuasa untuk tetap memiliki kejadiannya seutuhnya. Karena mereka hanya makhluk, yang semuanya terus berubah dan berujung pada akhir. Tak seperti Pencipta semua makhluk itu sendiri, karena Ia tak berawal, maka tak ada akhirnya pada-Nya. Sedangkan kita, atau makhluk lainnya, memiliki awal, dan sudah pasti tertulis sudah akhirnya. Kita hanya tinggal menunggu waktu.
Sebagai makhluk, tak sekedar untuk hidup Allah menciptakannya. Setiap ciptaan Allah, memiliki peran yang menjadi amanahnya. Kita semua, berdiri, berdiam diri, tertidur, berjalan, berhenti sejenak, kemudian berjalan lagi, sesekali istirahat hanya untuk menorehkan catatan diri. Tinta merah atau biru yang hendak kita pakai untuk mengisi lembaran putih catatan itu, hak sepenuhnya ada di tangan kita. Jikalah matahari selalu mempunyai catatan biru dalam buku raport-nya, begitu juga dengan rembulan, langit dan semua benda yang menghiasinya, hewan-hewan yang senantiasa ikhlas menjadi bagian hidup manusia, tetumbuhan, bumi tempat berpijak, lalu kenapa kita tak pernah iri untuk senantiasa memperbaiki catatan merah kita di hadapan Allah?
Makhluk-makhluk Allah yang lain, manusia-manusia yang berlomba menorehkan tinta biru dalam catatan akhirnya, sungguh teramat sadar bahwa waktu yang Allah berikan teramat singkat, hingga tak pernah terpikir olehnya untuk berbuat satu hal pun yang bisa menyebabkan lembaran putihnya ternoda oleh titik merah. Bersujud dan berdo’a, mencari keridhoan Allah di setiap detik, setiap langkah, dan jalan yang dilaluinya, agar tak ada sedikitpun kebencian di mata Allah keatasnya. Belajar dari manusia-manusia terdahulu yang telah mengukir nama mereka di hati Allah, semestinya saat ini, kita terus berjuang keras untuk bisa mendapatkan satu tempat di hati-Nya untuk menggoreskan nama kita.
Harta yang banyak, bukan jalan untuk bisa mendapatkan tempat di hati Allah. Kendaraan yang bagus, jabatan tinggi, status sosial terhormat, perhiasan dan berjuta keindahan dunia, juga tidak. Bukan semua itu yang akan menjadikan kita makhluk berarti di mata Dia. Karena sesuatu yang tak abadi, tak mungkin bisa menjadi bekal menuju keabadian untuk bertemu Yang Maha Abadi. Jiwa yang bersih, jiwa yang tenang, adalah jiwa yang pertama hadir dalam bentuk jasad manusia saat pertama ditiupkan. Hanya dengan kembali dengan kebersihan dan ketenangan semula, ia bisa diterima disisi Yang Maha Abadi. Maka, belajar dari semua ketidakabadian selain Allah, jangan pernah menghabiskan waktu (yang teramat sebentar ini) yang diberikan Allah ini, tanpa torehan tintas kebaikan. Mungkin besok, tak ada lagi waktu buat kita menggenggam tinta biru., berjam-jam, karena tak yakin besok masih ada waktu untuk kembali ke tempat ini..


Resensi Motivation

9.5.11

Sebuah Harga Untuk Dunia



By Aldy Ian

Sahabatku,  kadang ada sebuah harga untuk semuanya di dunia ini. Saat kamu  menolak untuk menerima semua cobaan, jangan pernah salahkan orang lain jika mereka semua menginjak-injak tubuhmu..

Sahabatku..kita mungkin pernah mengalami  sebuah cobaan,  kekecewan dan kegagalan  yang kemudian  membuat diri kita merasa bahwa hidup ini tidak berlaku adil kepada kita, apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan harapan yang kita tuju, berbagai ujian datang mendera yang menjadikan diri kita  putus asa, sedih dan lemah hati, tak sanggup menerima dan membuat kita kadang sulit untuk bangkit dari segala ujian yang diberikan Tuhan  kepada diri kita.  kita merasa baHwa  hidup ini tak berlaku adil kepada diri  kita. Sering timbul pertanyaan dalam diri kita Kenapa segala keinginan yang saya inginkan dan harapkan tak pernah kunjung juga saya dapatkan?Dan kenapa cobaan itu selalu datang kepada saya? Dan mengapa harus saya?..

Sahabatku..memang ada sebuah harga untuk semuanya didunia ini. Tak ada yang memberikannya  secara gratis untuk kita. Karena setiap kisah yang kita jalani adalah sebuah gambaran tentang cobaan yang Tuhan berikan kepada diri kita. Kita mungkin sering menolak untuk diberikan cobaan oleh Tuhan. Kita kadang merasa enggan untuk menjalani semua ujian itu dengan sabar. Ada banyak keputusasaan yang selalu menyertainya. Kita selalu mengeluh, dan mengeluh, bahwa cobaan dan ujian itu selalu menyakitkan.


Sesungguhnya saat Tuhan membentuk kita semua dengan pahat-pahatnya berupa cobaan, saat itulah kita  sedang diuji. Memang, kadang itu semua menyakitkan. Namun, sekali lagi, saya yakin selalu ada sebuah harga untuk semua itu. Saat tuhan memberikan kita ujian yang berat, maka di saat lain, Tuhan juga menganugerahkan kita nikmat yang banyak pula.

Sahabatku..seperti inilah Tuhan membentuk diri kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenaNgkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak airmata untuk cobaan itu. Tetapi sesungguhnya inilah satu-satunya cara bagi Tuhan untuk mengubah diri kita supaya menjadi  cantik dan memancarkan kemuliaan -Nya. Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kita jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

Apabila kita sedang menghadapi ujian hidup, jangan pernah kecil, karena Tuhan sedang membentuk  diri kita. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses selesai. Kita akan melihat cantiknya Tuhan membentuk kita..
(By ~ Ian)