The purpose of this blog is to share and provide inspiration and motivation for all of us about the meanings of life, values, ideals, hopes, life goals, dreams, struggles, and share knowledge. (By: Aldy)
Hidup adalah indah. Ia akan menjadi indah kalau kita bisa menciptakan
keindahan dalam hidup kita.
Hidup adalah kejam. bila kita membuatnya dalam ketidaknyamanan. Tidak
menerima diri sendiri apa adanya. Dan selalu berusaha lebih dari yang lain.
Hidup itu sederhana. Sesederhana kita lahir di dunia. Tanpa satu barang pun
melekat dalam tubuh kita.
Maka mulai sekarang cobalah menghargai hidup. Tapi memang kita justru sering
terperangkap dalam pencarian makna hidup.
Sangat sulit tapi memang harus dijalani.
Mau tak mau kita harus memandang hidup ini sesederhana mungkin. Hadapi, Jalani, dan jangan terlalu berpikir terlalu berat. Pandanglah semua hidup secara
sederhana, tapi jangan sampai kita tidak mau berbuat apa apa.
Itulah hidup..Setiap orang punya cara pandang sendiri dalam memaknai hidup.
Begitu juga saya, kita dan anda semua..
Hidup adalah indah. Ia akan menjadi indah kalau kita bisa menciptakan
keindahan dalam hidup kita.
Hidup adalah kejam. bila kita membuatnya dalam ketidaknyamanan. Tidak
menerima diri sendiri apa adanya. Dan selalu berusaha lebih dari yang lain.
Hidup itu sederhana. Sesederhana kita lahir di dunia. Tanpa satu barang pun
melekat dalam tubuh kita.
Maka mulai sekarang cobalah menghargai hidup. Tapi memang kita justru sering
terperangkap dalam pencarian makna hidup.
Sangat sulit tapi memang harus dijalani.
Mau tak mau kita harus memandang hidup ini sesederhana mungkin. Hadapi, Jalani, dan jangan terlalu berpikir terlalu berat. Pandanglah semua hidup secara
sederhana, tapi jangan sampai kita tidak mau berbuat apa apa.
Itulah hidup..Setiap orang punya cara pandang sendiri dalam memaknai hidup.
Begitu juga saya, kita dan anda semua..
Ada hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kita lepaskan.
Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan. Tapi, ada saat dimana kita harus
melepaskan. karena mungkin orang itu akan lebih berbahagia apabila
kita melepaskannya.. kadang kita mesti melihat segala sesuatu dari sisi yang berbeda. melepaskan segala sesuatu yang tak kita inginkan bukan berarti adalah akhir dari dunia dan segalanya tapi adalah awal dari kehidupan yang baru...
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika
kebahagiaan kita sangat bergantung pada orang itu.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika
kita merasa dia itu teristimewa dibandingkan dengan yang lain.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika
kita takut tidak dapat menemukan yang seperti dia.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika
begitu banyak saat saat indah senantiasa terbayang dibenak kita.
Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika
hati kita berkata “Saya sangat mencintainya”. Ingatlah.... Melepaskan bukanlah
akhir dari dunia melainkan awal dari suatu kehidupan baru…
Kita harus melepaskan seseorang karena
kebahagiaan kita tidak tergantung padanya.
Kita harus melepaskan seseorang karena kita
menyadari yang istimewa belum tentu yang terbaik buat
kita.
Kita harus melepaskan seseorang karena kita
tahu jika Tuhan mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.
Kita harus melepaskan seseorang ketika saat
saat indah hanyalah tinggal masa lalu.
Kita harus melepaskan seseorang karena kepala
kita berkata “tidak ada lagi yang dapat dipertahankan”.
Kegagalan tidak berarti Anda tidak mencapai apa apa…
namun Anda telah memahami sesuatu… Segala sesuatu ada waktunya, ada saat
mempertahankan, ada saat melepaskan…
Teman, Jangan pernah hidup
dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan
diri Anda dari bayangan masa lalu..Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai
ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, dan air mata ke dalam kelopak mata?
Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah
terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan
jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan,
dan sekaligus menakutkan. Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan
memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang
sangat berharga.Allah selalu mengatakan, "Ituadalah umat yang
lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula
urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar
kembali roda sejarah. Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa
depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita
mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang
telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia bersatu untuk
mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah
mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang
berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang.
Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan,
setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju
ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak
pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang'
penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya.
Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian,
karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu
mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali,
kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan
dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada..
Teman, Jangan pernah hidup
dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan
diri Anda dari bayangan masa lalu..Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai
ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, dan air mata ke dalam kelopak mata?
Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah
terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan
jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan,
dan sekaligus menakutkan. Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan
memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang
sangat berharga.Allah selalu mengatakan, "Ituadalah umat yang
lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula
urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar
kembali roda sejarah. Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa
depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita
mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang
telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk
mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah
mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang
berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang.
Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan,
setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju
ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak
pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang'
penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya.
Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian,
karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu
mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali,
kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan
dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada..
Jangan bersedih hati........
Sahabatku..Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di
bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu..Apakah
Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit,
dan air mata ke
dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda
atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api
panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat
naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan. Membaca kembali lembaran
masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan
menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.Allah
selalu mengatakan, "Ituadalah umat yang lalu." Begitulah,
ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya
mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah. Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan
masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita
mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang
telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk
mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah
mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang
berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang.
Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan,
setiap kafilah akan berjalan ke depan, dansegala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah
melawan sunah kehidupan!.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan
dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu
disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara'
pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya.
Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan
mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali,
kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan
dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.. Jangan bersedih hati........
Disaat Matahari menampakkan dirinya di pagi hari, dan terus menerpakan sinarnya ke setiap
sudut alam hingga puncaknya pada tengah hari. Menjelang senja, ia pun mulai
bersiap-siap meninggalkan singgasananya untuk bertukar peran dengan rembulan
yang akan bercahaya menerangi malam hingga fajar. Bulan tak sendiri, ia
ditemani oleh bintang-bintang yang berkelipan, belum lagi lintasan-lintasan
benda langit lainnya yang menjadikan alam atas teramat mengagumkan. Begitu
seterusnya, tak pernah matahari menguasai sepanjang hari, bulan dan bintangpun
demikian. Karena sesungguhnya, tak satupun dari mereka berhak memiliki hari
sepenuhnya.
Terkadang,
langit cerah disertai mentari pagi yang menghangatkan menjadi mimpi terindah
setiap makhluk di muka bumi. Tapi, tidak akan pernah mentari seterusnya berseri
dan langit cerah, karena bukan tidak mungkin atap dunia itu berubah mendung dan
menghitam, mencekam dan menebar ketakutan. Angin sejuk sepoi-sepoi yang terasa
menyegarkan saat belaiannya menyentuh kulit, sesaat kemudian bisa berputar dan
berputar membentuk tornado yang dalam sedetik meluluhlantakkan semua yang
terhampar di bumi. Air laut yang tenang, pantai yang indah dengan ombak yang
melambai indah, hamparan pasir yang halus, disaat yang lain bisa menjadi gelombang
air dahsyat yang menenggelamkan sejuta harapan, meninggalkan bekas yang
memilukan.
Bunga-bunga
yang hari ini terlihat indah merekah, satu dua hari kemudian akan layu dan
memudar warnanya, bisa karena hempasan angin, sengatan matahari dan sebagainya. Dedaunan akan tetap berwarna hijau bila ia tetap menyatu dengan
tangkainya, tatkala ia luruh dan jatuh ke tanah, mengeringlah ia. Embun pagi
yang bening di ujung daun, dalam beberapa detik takkan lagi terlihat. Setelah
jatuh, habislah ia. Tinggal menunggu esok pagi kan datang tuk bisa menikmati kembali
beningnya. Unggas pagi, berteriak lantang pertanda dimulainya hari, tidak
jarang, mereka membangunkan insan yang setengah malas dan kantuk masih di sudut
mata. Ketika siang, saat manusia-manusia bergegas dalam segala bentuk aktifitas
mereka, makhluk lain pun menjalankan perannya masing-masing.
Menjelang
senja, sinar merah kekuningan seperti meminta perhatian makhluk bumi untuk
bersiap menyambut malam. Tak hanya manusia, hewan-hewan bahkan binatang melata
pun beriringan menuju rumah mereka, menikmati malam, memandangi rembulan dan
bintang-bintang, dan mendengarkan hewan-hewan malam bersahutan mewarnai malam
yang panjang, hingga menanti datangnya fajar. Manusia-manusia aktif yang
terkadang tak kenal lelah, terlelap dalam buaian selimut, mimpi, harapan serta
do’a. Hingga esok, ada yang terbangun, dan ada yang tetap terlelap, menutup
mata untuk selamanya. Tugasnya sebagai manusia telah selesai. Tak ada manusia
yang memiliki sepenuhnya hari, tak ada makhluk yang memiliki sepenuhnya
kehidupan. Dan tak ada jiwa yang memiliki sepenuhnya apapun yang sesungguhnya
bukan berasal darinya. Semua perubahan, kejadian, dan perputaran peran itu
meyakinkan kita, bahwa tak ada yang abadi.
Bayi
mungil, lucu dan menyenangkan saat lahir, beranjak dewasa, kemudian tua dan
akhirnya mati. Kemudian, generasi berikutnya hadir, hingga diakhiri lagi dengan
kematian. Itulah hidup. Seperti matahari yang tak pernah selamanya bersinar,
seperti daun yang mengering saat tanggal dari tangkainya, seperti embun yang
meski sedemikian indah, hanya sekian detik saja umurnya. Seperti hujan yang
mungkin setiap hari turun tak pernah berhenti, tak pernah setiap yang
diciptakan Tuhan di alam ini, berkuasa untuk tetap memiliki kejadiannya
seutuhnya. Karena mereka hanya makhluk, yang semuanya terus berubah dan
berujung pada akhir. Tak seperti Pencipta semua makhluk itu sendiri, karena
Ia tak berawal, maka tak ada akhirnya pada-Nya. Sedangkan kita, atau makhluk
lainnya, memiliki awal, dan sudah pasti tertulis sudah akhirnya. Kita hanya
tinggal menunggu waktu.
Sebagai
makhluk, tak sekedar untuk hidup Allah menciptakannya. Setiap ciptaan Allah,
memiliki peran yang menjadi amanahnya. Kita semua, berdiri, berdiam diri,
tertidur, berjalan, berhenti sejenak, kemudian berjalan lagi, sesekali
istirahat hanya untuk menorehkan catatan diri. Tinta merah atau biru yang
hendak kita pakai untuk mengisi lembaran putih catatan itu, hak sepenuhnya ada
di tangan kita. Jikalah matahari selalu mempunyai catatan biru dalam buku
raport-nya, begitu juga dengan rembulan, langit dan semua benda yang
menghiasinya, hewan-hewan yang senantiasa ikhlas menjadi bagian hidup manusia,
tetumbuhan, bumi tempat berpijak, lalu kenapa kita tak pernah iri untuk
senantiasa memperbaiki catatan merah kita di hadapan Allah?
Makhluk-makhluk
Allah yang lain, manusia-manusia yang berlomba menorehkan tinta biru dalam
catatan akhirnya, sungguh teramat sadar bahwa waktu yang Allah berikan teramat
singkat, hingga tak pernah terpikir olehnya untuk berbuat satu hal pun yang
bisa menyebabkan lembaran putihnya ternoda oleh titik merah. Bersujud dan
berdo’a, mencari keridhoan Allah di setiap detik, setiap langkah, dan jalan
yang dilaluinya, agar tak ada sedikitpun kebencian di mata Allah keatasnya.
Belajar dari manusia-manusia terdahulu yang telah mengukir nama mereka di hati
Allah, semestinya saat ini, kita terus berjuang keras untuk bisa mendapatkan
satu tempat di hati-Nya untuk menggoreskan nama kita.
Harta
yang banyak, bukan jalan untuk bisa mendapatkan tempat di hati Allah. Kendaraan
yang bagus, jabatan tinggi, status sosial terhormat, perhiasan dan berjuta
keindahan dunia, juga tidak. Bukan semua itu yang akan menjadikan kita makhluk
berarti di mata Dia. Karena sesuatu yang tak abadi, tak mungkin bisa menjadi
bekal menuju keabadian untuk bertemu Yang Maha Abadi. Jiwa yang bersih, jiwa
yang tenang, adalah jiwa yang pertama hadir dalam bentuk jasad manusia saat
pertama ditiupkan. Hanya dengan kembali dengan kebersihan dan ketenangan
semula, ia bisa diterima disisi Yang Maha Abadi. Maka, belajar dari semua
ketidakabadian selain Allah, jangan pernah menghabiskan waktu (yang teramat
sebentar ini) yang diberikan Allah ini, tanpa torehan tintas kebaikan. Mungkin
besok, tak ada lagi waktu buat kita menggenggam tinta biru., berjam-jam, karena
tak yakin besok masih ada waktu untuk kembali ke tempat ini..
Disaat Matahari menampakkan dirinya di pagi hari, dan terus menerpakan sinarnya ke setiap
sudut alam hingga puncaknya pada tengah hari. Menjelang senja, ia pun mulai
bersiap-siap meninggalkan singgasananya untuk bertukar peran dengan rembulan
yang akan bercahaya menerangi malam hingga fajar. Bulan tak sendiri, ia
ditemani oleh bintang-bintang yang berkelipan, belum lagi lintasan-lintasan
benda langit lainnya yang menjadikan alam atas teramat mengagumkan. Begitu
seterusnya, tak pernah matahari menguasai sepanjang hari, bulan dan bintangpun
demikian. Karena sesungguhnya, tak satupun dari mereka berhak memiliki hari
sepenuhnya.
Terkadang,
langit cerah disertai mentari pagi yang menghangatkan menjadi mimpi terindah
setiap makhluk di muka bumi. Tapi, tidak akan pernah mentari seterusnya berseri
dan langit cerah, karena bukan tidak mungkin atap dunia itu berubah mendung dan
menghitam, mencekam dan menebar ketakutan. Angin sejuk sepoi-sepoi yang terasa
menyegarkan saat belaiannya menyentuh kulit, sesaat kemudian bisa berputar dan
berputar membentuk tornado yang dalam sedetik meluluhlantakkan semua yang
terhampar di bumi. Air laut yang tenang, pantai yang indah dengan ombak yang
melambai indah, hamparan pasir yang halus, disaat yang lain bisa menjadi gelombang
air dahsyat yang menenggelamkan sejuta harapan, meninggalkan bekas yang
memilukan.
Bunga-bunga
yang hari ini terlihat indah merekah, satu dua hari kemudian akan layu dan
memudar warnanya, bisa karena hempasan angin, sengatan matahari dan sebagainya. Dedaunan akan tetap berwarna hijau bila ia tetap menyatu dengan
tangkainya, tatkala ia luruh dan jatuh ke tanah, mengeringlah ia. Embun pagi
yang bening di ujung daun, dalam beberapa detik takkan lagi terlihat. Setelah
jatuh, habislah ia. Tinggal menunggu esok pagi kan datang tuk bisa menikmati kembali
beningnya. Unggas pagi, berteriak lantang pertanda dimulainya hari, tidak
jarang, mereka membangunkan insan yang setengah malas dan kantuk masih di sudut
mata. Ketika siang, saat manusia-manusia bergegas dalam segala bentuk aktifitas
mereka, makhluk lain pun menjalankan perannya masing-masing.
Menjelang
senja, sinar merah kekuningan seperti meminta perhatian makhluk bumi untuk
bersiap menyambut malam. Tak hanya manusia, hewan-hewan bahkan binatang melata
pun beriringan menuju rumah mereka, menikmati malam, memandangi rembulan dan
bintang-bintang, dan mendengarkan hewan-hewan malam bersahutan mewarnai malam
yang panjang, hingga menanti datangnya fajar. Manusia-manusia aktif yang
terkadang tak kenal lelah, terlelap dalam buaian selimut, mimpi, harapan serta
do’a. Hingga esok, ada yang terbangun, dan ada yang tetap terlelap, menutup
mata untuk selamanya. Tugasnya sebagai manusia telah selesai. Tak ada manusia
yang memiliki sepenuhnya hari, tak ada makhluk yang memiliki sepenuhnya
kehidupan. Dan tak ada jiwa yang memiliki sepenuhnya apapun yang sesungguhnya
bukan berasal darinya. Semua perubahan, kejadian, dan perputaran peran itu
meyakinkan kita, bahwa tak ada yang abadi.
Bayi
mungil, lucu dan menyenangkan saat lahir, beranjak dewasa, kemudian tua dan
akhirnya mati. Kemudian, generasi berikutnya hadir, hingga diakhiri lagi dengan
kematian. Itulah hidup. Seperti matahari yang tak pernah selamanya bersinar,
seperti daun yang mengering saat tanggal dari tangkainya, seperti embun yang
meski sedemikian indah, hanya sekian detik saja umurnya. Seperti hujan yang
mungkin setiap hari turun tak pernah berhenti, tak pernah setiap yang
diciptakan Tuhan di alam ini, berkuasa untuk tetap memiliki kejadiannya
seutuhnya. Karena mereka hanya makhluk, yang semuanya terus berubah dan
berujung pada akhir. Tak seperti Pencipta semua makhluk itu sendiri, karena
Ia tak berawal, maka tak ada akhirnya pada-Nya. Sedangkan kita, atau makhluk
lainnya, memiliki awal, dan sudah pasti tertulis sudah akhirnya. Kita hanya
tinggal menunggu waktu.
Sebagai
makhluk, tak sekedar untuk hidup Allah menciptakannya. Setiap ciptaan Allah,
memiliki peran yang menjadi amanahnya. Kita semua, berdiri, berdiam diri,
tertidur, berjalan, berhenti sejenak, kemudian berjalan lagi, sesekali
istirahat hanya untuk menorehkan catatan diri. Tinta merah atau biru yang
hendak kita pakai untuk mengisi lembaran putih catatan itu, hak sepenuhnya ada
di tangan kita. Jikalah matahari selalu mempunyai catatan biru dalam buku
raport-nya, begitu juga dengan rembulan, langit dan semua benda yang
menghiasinya, hewan-hewan yang senantiasa ikhlas menjadi bagian hidup manusia,
tetumbuhan, bumi tempat berpijak, lalu kenapa kita tak pernah iri untuk
senantiasa memperbaiki catatan merah kita di hadapan Allah?
Makhluk-makhluk
Allah yang lain, manusia-manusia yang berlomba menorehkan tinta biru dalam
catatan akhirnya, sungguh teramat sadar bahwa waktu yang Allah berikan teramat
singkat, hingga tak pernah terpikir olehnya untuk berbuat satu hal pun yang
bisa menyebabkan lembaran putihnya ternoda oleh titik merah. Bersujud dan
berdo’a, mencari keridhoan Allah di setiap detik, setiap langkah, dan jalan
yang dilaluinya, agar tak ada sedikitpun kebencian di mata Allah keatasnya.
Belajar dari manusia-manusia terdahulu yang telah mengukir nama mereka di hati
Allah, semestinya saat ini, kita terus berjuang keras untuk bisa mendapatkan
satu tempat di hati-Nya untuk menggoreskan nama kita.
Harta
yang banyak, bukan jalan untuk bisa mendapatkan tempat di hati Allah. Kendaraan
yang bagus, jabatan tinggi, status sosial terhormat, perhiasan dan berjuta
keindahan dunia, juga tidak. Bukan semua itu yang akan menjadikan kita makhluk
berarti di mata Dia. Karena sesuatu yang tak abadi, tak mungkin bisa menjadi
bekal menuju keabadian untuk bertemu Yang Maha Abadi. Jiwa yang bersih, jiwa
yang tenang, adalah jiwa yang pertama hadir dalam bentuk jasad manusia saat
pertama ditiupkan. Hanya dengan kembali dengan kebersihan dan ketenangan
semula, ia bisa diterima disisi Yang Maha Abadi. Maka, belajar dari semua
ketidakabadian selain Allah, jangan pernah menghabiskan waktu (yang teramat
sebentar ini) yang diberikan Allah ini, tanpa torehan tintas kebaikan. Mungkin
besok, tak ada lagi waktu buat kita menggenggam tinta biru., berjam-jam, karena
tak yakin besok masih ada waktu untuk kembali ke tempat ini..
Sahabatku, kadang ada sebuah harga untuk semuanya di
dunia ini. Saat kamu menolak untuk
menerima semua cobaan, jangan pernah salahkan orang lain jika mereka semua
menginjak-injak tubuhmu..
Sahabatku..kita mungkin pernah
mengalami sebuah cobaan, kekecewan dan kegagalan yang kemudian
membuat diri kita merasa bahwa hidup ini tidak berlaku adil kepada kita,
apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan harapan yang kita tuju, berbagai
ujian datang mendera yang menjadikan diri kita
putus asa, sedih dan lemah hati, tak sanggup menerima dan membuat kita
kadang sulit untuk bangkit dari segala ujian yang diberikan Tuhan kepada diri kita. kita merasa baHwa hidup ini tak berlaku adil kepada diri kita. Sering timbul pertanyaan dalam diri
kita Kenapa segala keinginan yang saya inginkan dan harapkan tak pernah kunjung
juga saya dapatkan?Dan kenapa cobaan itu selalu datang kepada saya? Dan mengapa
harus saya?..
Sahabatku..memang ada sebuah harga untuk
semuanya didunia ini. Tak ada yang memberikannya secara gratis untuk kita. Karena setiap kisah
yang kita jalani adalah sebuah gambaran tentang cobaan yang Tuhan berikan
kepada diri kita. Kita mungkin sering menolak untuk diberikan cobaan oleh
Tuhan. Kita kadang merasa enggan untuk menjalani semua ujian itu dengan sabar. Ada banyak keputusasaan
yang selalu menyertainya. Kita selalu mengeluh, dan mengeluh, bahwa cobaan dan
ujian itu selalu menyakitkan.
Sesungguhnya saat Tuhan membentuk
kita semua dengan pahat-pahatnya berupa cobaan, saat itulah kita sedang diuji. Memang, kadang itu semua
menyakitkan. Namun, sekali lagi, saya yakin selalu ada sebuah harga untuk semua
itu. Saat tuhan memberikan kita ujian yang berat, maka di saat lain, Tuhan juga
menganugerahkan kita nikmat yang banyak pula.
Sahabatku..seperti inilah Tuhan
membentuk diri kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenaNgkan,
sakit, penuh penderitaan, dan banyak airmata untuk cobaan itu. Tetapi
sesungguhnya inilah satu-satunya cara bagi Tuhan untuk mengubah diri kita supaya
menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan -Nya. Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kita jatuh ke dalam
berbagai pencobaan, sebab anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan
ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya anda
menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
Apabila kita sedang menghadapi
ujian hidup, jangan pernah kecil, karena Tuhan sedang membentuk diri kita. Bentukan-bentukan ini memang
menyakitkan tetapi setelah semua proses selesai. Kita akan melihat cantiknya Tuhan membentuk kita..